Maulana Jasmudin Khatib Sholat Gerhana Matahari, Ini Isi khotbahnya

0

MOROWALI, SULTENG, Tinta Rakyat.com

Sejumlah Masjid di Indonesia melaksanakan sholat gerhana salah satunya Masjid Islamic Center ” Guru Tua” menggelar Sholat Kusuf atau yang dikenal dengan sholat Gerhana Matahari tepat pada hari ke-29 Ramadhan 1444 H / 2023 Masehi, yang bertempat dilantai Utama Islamic Center, Kamis (20/04/2023).

Sholat gerhana Matahari ini diikuti oleh ratusan Jama’ah Masjid yang sebelumnya telah melaksanakan sholat dzuhur secara berjama’ah di Masjid Islamic Center ” Guru Tua ” tersebut.

Dalam Khutbahnya Maulana Jasmudin Rone mengatakan bahwa  keberadaan alam semesta ini beserta isinya diciptakan oleh Alloh Subhanahu WA Ta’ala, baik struktur skala mikro alam semesta mulai dari galaksi,gugusan bintang-bintang hingga sistem tata surya yang banyak diantaranya membutuhkan teleskop-teleskop raksasa dengan teknologi tercanggih yang ada saat ini agar bisa dilihat, banyak pula diantaranya yang berkas cahayanya membutuhkan waktu ratusan ribu tahun, jutaan tahun bahkan sampai ratusan juta tahun untuk sampai di Bumi meski melesat dengan kecepatan cahaya.

Dijelaskan Maulana Jasmudin gerhana Matahari menjadi penanda peristiwa penting antara lain gerhana Matahari cincin 27 Januari tahun 632 Masehi yang bertepatan dengan wafatnya Ibrahim putra Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam yang masih bayi, sebagian orang mengira ada hubungan antara kedua peristiwa tersebut, sampai Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa gerhana tidak lah ada hubungannya dengan hidup dan kematian seseorang.Karena Bulan dan Matahari adalah dua dari sekian banyak tanda-tanda kekuasaan Alloh Subhanahu WA Ta’ala.

Ditambahkan Maulana Jasmudin pernah juga terjadi gerhana Matahari total 24 November tahun 569 Masehi nampak kota suci Makkah yang terjadi berdekatan dengan masa kelahiran Rosulullah Subhanahu Alaihi Wassalam, gerhana Matahari total 9 Mei tahun 1533 SM bertepatan dengan Nabi Ibrahim Alaihis Salam berada di tanah Palestina dan gerhana Matahari cincin 30 Oktober tahun 1207 SM bertepatan dengan puncak penaklukan tanah Palestina oleh Pasukan yang dipimpin oleh Nabi Yusya.

Lebih jauh Maulana Jasmudin mengatakan jadi kesimpulannya adalah manusia harus introspeksi diri betapa lemah dan rendahnya diri ini dihadapkan Alloh Subhanahu WA Ta’ala. Artinya meningkatnya pengagungan kepada Alloh Subhanahu WA Ta’ala berbanding lurus dengan menurunnya sikap takabur, angkuh atas kelebihan-kelebihan diri dalam aspek apapun.

“Betapa kecilnya umat manusia dapat dilihat dari kajian ilmu pengetahuan modern. Galaksi Bima Sakti kita, hanyalah satu dari miliaran galaksi yang menyusun alam semesta ini. Tata surya kita hanyalah satu dari milyaran sistem keplanetan dalam galaksi Bima Sakti kita. Bahwa planet Bumi kita pun tidak ada apa-apanya dibandingkan misalnya planet Jupiter.Jika planet Bumi saja hanya sebintik debu di jagat raya,apalah artinya dengan kita manusia. Lebih menohok lagi bahwa segala hal yang membentuk galaksi dan bintang-bintang hingga sebutir debu dan virus, hanyalah bagian dari 4% materi yang telah diketahui pada saat ini. 96% sisanya sama sekali belum kita ketahui apa bentuknya dan sifat-sifatnya.Keagungan Allah SWT yang dinyatakan dalam ayat-ayat kauniyah-Nya tersebut seharusnya mengarahkan kita pada
ketakberdaya an diri. Sehingga memunculkan sikap merasa bersalah dan bergairah memperbanyak istighfar. Dalam peristiwa Gerhana Matahari ini pula kita dianjurkan untuk menyujudkan seluruh kebanggaan dan keagungan di luar Alloh, sebab pada hakikatnya semuanya hanyalah tanda.Momen Gerhana Matahari juga menjadi wahana guna memperbanyak permohonan ampun, taubat, kembali kepada Allah sebagai muasal dan muara segala keberadaan. Semoga fenomena Gerhana Matahari kali ini meningkatkan kedekatan kita kepada Allah SWT, membesarkan hati kita untuk ikhlas menolong sesama, serta menjaga kita untuk selalu ramah terhadap alam sekitar kita,” Kata Maulana Jasmudin menutup khutbahnya.(Redaksi)

Leave A Reply

Your email address will not be published.